Akses ke kawasan pemandangan Everest telah ditangguhkan sejak Sabtu, akibat hujan salju yang sangat lebat. Kejadian ini mengakibatkan satu orang dilaporkan meninggal dunia di Provinsi Qinghai, Tiongkok, yang disengaja oleh badai salju mendadak. Media setempat melaporkan bahwa pendaki tersebut meninggal akibat hipotermia dan gejala penyakit ketinggian pada Minggu, 5 Oktober 2025, di daerah Laohugou.
Di sisi lain, tepat di seberang perbatasan Nepal, hujan deras memicu tanah longsor dan banjir bandang. Badai ini menyebabkan kekacauan, dengan jalan-jalan terblokir serta beberapa jembatan hanyut, membuat akses ke berbagai daerah terputus.
Insiden ini bukanlah yang pertama kali bagi para pendaki yang berani yang mencoba menaklukkan Everest. Sebelumnya, pada tahun 2010, sekitar 2.000 wisatawan dan porter terjebak selama lima hari di sebuah desa kecil dengan ketinggian lebih dari 9.000 kaki, semuanya karena kondisi badai yang sangat sulit.
Tahun lalu juga menyaksikan dua pendaki yang dilaporkan hilang dan diyakini telah meninggal dunia setelah sebuah bukit runtuh saat mereka berusaha mencapai puncak gunung. Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa pendaki asal Inggris, Daniel Paterson (39), dan pemandu asal Nepal, Pas Tenji Sherpa (23), terjebak di dalam reruntuhan saat mendaki bersama rombongan yang terdiri dari 15 orang.
Kondisi cuaca ekstrem dan dampaknya bagi pendaki gunung
Kondisi cuaca ekstrem di pegunungan Himalaya sering kali berakibat fatal bagi para pendaki. Angin kencang, salju lebat, dan suhu yang sangat rendah membuat upaya untuk mendaki menjadi sangat berisiko.
Salah satu masalah utama yang dihadapi pendaki adalah perubahan cuaca yang cepat dan tidak terduga di kawasan ini. Para pendaki harus selalu waspada terhadap tanda-tanda cuaca buruk yang bisa menghampiri kapan saja.
Ketika suhu turun drastis dan angin bertiup kencang, risiko hipotermia meningkat. Ini membuat tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Dampak dari kondisi ini tidak hanya dirasakan oleh pendaki tetapi juga oleh tim penyelamat yang berusaha membantu. Akses yang terbatas akibat tanah longsor dan rute berbatu membuat proses penyelamatan menjadi lebih sulit dan berbahaya.
Pengalaman pendaki yang terjebak dan proses evakuasi
Setiap tahun, banyak pendaki yang berangkat dengan harapan mencapai puncak Everest, tetapi tidak semua dari mereka pulang dengan selamat. Ketika terjebak, mereka harus menghadapi situasi yang sangat menguji mental dan fisik.
Ketika situasi mulai memburuk, pendaki biasanya berusaha mencari perlindungan sambil menunggu kondisi membaik. Namun, dalam beberapa kasus, tindakan ini justru memperburuk keadaan karena pemasangan peralatan perlindungan yang sulit dan kondisi semakin buruk.
Evakuasi para pendaki yang terjebak sering kali perlu dilakukan oleh tim penyelamat. Namun, tim penyelamat juga menghadapi tantangan besar ketika berusaha mencapai tempat kejadian, terutama dengan medan yang sulit dan cuaca yang berubah-ubah.
Pentingnya mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan pendakian di jalur berbahaya sangatlah besar. Pendaki yang tidak mempersiapkan diri dengan baik dapat berakhir dalam situasi berisiko yang tidak terduga.
Pentingnya kesadaran akan keselamatan di pegunungan
Kesadaran akan keselamatan saat mendaki gunung sangat penting bagi semua pendaki. Para pendaki perlu memahami risiko yang bisa dihadapi dan bagaimana cara untuk menghadapinya dengan baik.
Pendidikan mengenai keselamatan mendaki bisa menyelamatkan nyawa. Banyak lembaga mendaki kini menyediakan kursus dan pelatihan untuk memastikan para pendaki tahu cara menghadapi situasi berbahaya.
Selain itu, pendaki baiknya selalu berusaha berkomunikasi dengan tim ataupun pemandu mereka. Dengan informasi yang akurat, mereka bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana mengenai rute yang harus diambil atau kapan harus mundur.
Di samping pemahaman dan pelatihan, peralatan yang memadai juga merupakan faktor penting dalam menjaga keselamatan. Pendaki harus memiliki alat dan perlengkapan yang sesuai untuk menghadapi segala jenis cuaca dan tantangan di medan yang mereka hadapi.