Peristiwa tragis yang terjadi di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo telah mengundang perhatian besar dari masyarakat. Dalam perkembangan terbaru, petugas kepolisian berhasil mengidentifikasi dua jenazah tambahan dari total 67 kantong jenazah yang ditemukan di lokasi kejadian.
Kepolisian daerah Jawa Timur mengkonfirmasi bahwa dua jenazah tersebut merupakan bagian dari upaya mereka untuk memberikan kejelasan kepada keluarga korban. Proses identifikasi dilakukan secara cermat dengan memanfaatkan teknologi DNA dan informasi medis yang tersedia.
Identifikasi pertama adalah jenazah dengan nomor postmortem RSB B025 yang telah teridentifikasi sebagai Ahmad Haikal Fadil Al Fatih, seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun. Alamatnya tercatat di Dusun Timur Leke Sendang Darjah Labang Bangkalan, dan proses identifikasi dilakukan dengan membandingkan data antemortem yang ada.
Proses Identifikasi Korban secara Mendalam dan Cermat
Dalam konteks identifikasi, pihak kepolisian menjelaskan bahwa penggunaan DNA menjadi salah satu metode yang paling efektif. Metode ini mampu memastikan kecocokan jenazah dengan data keluarga yang hilang dengan akurasi tinggi.
Kedua, jenazah yang teridentifikasi adalah dengan nomor postmortem RSB B047, yang diketahui sebagai Syamsul Arifin, remaja berusia 18 tahun dari Dusun Badang, Telaga, Galis, Bangkalan. Identifikasi dilakukan setelah menemukan kesesuaian data mengenai barang-barang yang dimiliki dan informasi genetik.
“Proses ini bukan hal yang mudah, karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan,” kata Kabid Dokkes Polda Jatim. Diperlukan waktu dan kesabaran dalam mengumpulkan dan memverifikasi data yang ada untuk mencapai hasil yang akurat.
Situasi Setelah Insiden dan Tanggapan Masyarakat
Pascakejadian, suasana duka menyelimuti keluarga korban dan masyarakat sekitar. Proses pemakaman terhadap yang telah teridentifikasi dijadwalkan dengan khidmat, sementara keluarga yang belum menerima kepastian harus bersabar menunggu hasil lanjut.
Banyak warga yang menyampaikan rasa prihatin atas kejadian ini, menyoroti pentingnya keselamatan di lingkungan pendidikan pesantren. Beberapa pihak meminta agar investigasi mendalam dilakukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
“Kami berharap agar ada perhatian lebih terhadap keselamatan dan infrastruktur di pesantren dan lembaga pendidikan lainnya,” ungkap salah satu warga setempat. Peningkatan kesadaran mengenai keselamatan ini akan berimplikasi langsung pada penanganan keselamatan di masa mendatang.
Upaya Lanjutan dari Pihak Berwenang untuk Korban yang Belum Teridentifikasi
Hingga saat ini, polisi masih mencari 11 kantong jenazah yang belum teridentifikasi. Informasi tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa bagian tubuh dalam kantong-kantong itu, yang menunjukkan kompleksitas dalam identifikasi lanjutan.
Kepolisian juga menekankan pentingnya hasil DNA untuk mengetahui identitas jenazah yang tersisa. Proses ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi keluarga yang masih menantikan informasi mengenai kerabat mereka.
“Kami terus berupaya keras, dan sementara ini, kami perlu menunggu hasil dari laboratorium,” tambah Khusnan. Keberlanjutan dalam upaya identifikasi ini tetap menjadi prioritas pihak kepolisian.