Momen liburan akhir pekan biasanya menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Namun, hal berbeda justru dialami oleh ratusan wisatawan asal Cianjur yang tiba di Pangandaran, Jawa Barat, untuk menikmati pantai yang indah.
Akan tetapi, keberangkatan mereka berubah menjadi pengalaman pahit saat tidak mendapatkan penginapan yang telah dijanjikan. Ini mengakibatkan mereka terpaksa pulang tanpa sempat menikmati liburan yang telah direncanakan.
Insiden ini terjadi pada Sabtu, 25 Oktober, ketika sebuah rombongan besar yang terdiri dari 2.300 wisatawan bertolak menuju Pangandaran menggunakan 45 bus. Setibanya di lokasi, sebagian besar rombongan berhasil menempati penginapan yang sudah disediakan, namun ada ratusan wisatawan yang telantar karena tiga bus yang mereka tumpangi tidak mendapatkan tempat bermalam.
Kondisi ini memicu protes keras dari para wisatawan yang sudah menempuh perjalanan selama delapan jam. Ketidakpastian mengenai status akomodasi mereka memperburuk suasana yang semula ceria.
Pihak kepolisian setempat kemudian turun tangan untuk memediasi situasi yang semakin memanas. Iptu Yusdiana, Plt Kasi Humas Polres Pangandaran, mengkonfirmasi bahwa peristiwa tersebut berhasil diatasi lewat mediasi dengan pihak travel.
“Meskipun keadaan tidak ideal, kami bersyukur mediasi dapat dilakukan dan wisatawan yang dirugikan akan mendapatkan kembali uang mereka,” ujar Iptu Yusdiana.
Dalam kesepakatan mediasi, pihak agen perjalanan berjanji akan mengembalikan total kerugian Rp 24,5 juta kepada rombongan tersebut paling lambat pada 10 November 2025. Akhirnya, rombongan wisatawan memutuskan untuk pulang kembali ke Cianjur pada sore harinya.
Risiko Memilih Jasa Travel yang Tidak Terdaftar
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) ASITA Pangandaran, Adrian Saputro, memberikan tanggapan resmi terkait insiden tersebut. Ia menegaskan bahwa travel yang terlibat bukan merupakan anggota resmi dari ASITA, baik di tingkat daerah maupun provinsi.
Adrian mengingatkan masyarakat agar lebih selektif dalam memilih biro perjalanan, serta menghindari travel yang tidak memiliki reputasi baik. Ia menyarankan agar menggunakan jasa biro yang terdaftar dan memiliki izin resmi dalam menjalankan operasionalnya.
Insiden ini menjadi pelajaran bagi banyak orang untuk melakukan pengecekan sebelum memesan layanan perjalanan. Adrian menekankan pentingnya perjanjian tertulis dan adanya dokumen perjalanan yang sah, agar tidak terjadi hal yang sama di masa mendatang.
Ketidakberdayaan wisatawan akibat penipuan dalam perjalanan dapat merusak citra baik pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, langkah preventif perlu diambil agar peristiwa serupa tidak terulang.
Tips Memilih Biro Perjalanan yang Aman dan Terpercaya
Ketika memilih biro perjalanan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, pastikan biro tersebut terdaftar sebagai anggota dari asosiasi resmi. Keberadaan asosiasi akan menjamin kredibilitas biro dalam memberikan pelayanan.
Kedua, selalu mintalah maupun periksa dokumen administratif yang sah, seperti invoice dan surat perjanjian. Dokumen-dokumen ini akan menjadi bukti jika terjadi sengketa di kemudian hari.
Selain itu, Anda juga bisa mencari ulasan atau testimoni dari wisatawan lain tentang biro yang hendak Anda pilih. Ulasan ini bisa menjadi indikator adanya pengalaman positif maupun negatif dari pengguna sebelumnya.
Jangan ragu untuk bertanya, apakah biro perjalanan tersebut memiliki izin usaha yang jelas. Adanya izin resmi akan menunjukkan bahwa biro tersebut mengikuti aturan hukum yang berlaku.
Dampak Insiden Terhadap Pariwisata di Pangandaran
Kejadian ini tentu berdampak negatif bagi citra pariwisata Pangandaran. Banyak wisatawan yang mungkin terdorong untuk berpikir dua kali sebelum mengunjungi tempat wisata tersebut. Kepercayaan wisatawan terhadap pelayanan dan fasilitas yang disediakan menjadi tergoyahkan akibat insiden ini.
Adrian berharap insiden ini menjadi pukulan bagi semua elemen industri pariwisata untuk meningkatkan kualitas layanan. Kualitas pelayanan yang baik menjadi kunci untuk menarik minat wisatawan dan mendongkrak ekonomi lokal.
Pihak berwenang di Pangandaran juga perlu melakukan evaluasi terhadap pengawasan biro perjalanan. Apakah mereka telah mematuhi peraturan dan menjalankan bisnis dengan baik?
Dengan langkah yang tepat, diharapkan Pangandaran akan kembali dikenal sebagai tempat wisata yang aman dan menarik bagi semua kalangan. Penting bagi semua pihak untuk belajar dari pengalaman agar dapat meminimalisir risiko serupa di masa depan.














