Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia (KLIA) menjadi sorotan publik setelah insiden kebocoran atap di Terminal 1 yang terjadi pada 14 November 2025. Hujan deras yang melanda kawasan sekitar menyebabkan air mengalir deras dari langit-langit, mirip dengan air terjun, membuat sejumlah netizen membandingkan dengan atraksi terkenal lainnya di bandara negara tetangga.
Menurut laporan, kebocoran ini terjadi tepat di dekat konter check-in maskapai tertentu pada sore hari, dan pengelola bandara segera menanggapi situasi tersebut. Mereka mengklaim bahwa semua tindakan pembersihan dan pemulihan dilaksanakan segera setelah hujan mereda.
Pengelola bandara menyampaikan bahwa meski terjadi kebocoran yang cukup signifikan, tidak ada gangguan serius pada operasi utama bandara. Penumpang tetap dapat melanjutkan perjalanan mereka setelah situasi kembali normal.
Kronologi Insiden Kebocoran di Bandara Kuala Lumpur
Berita mengenai insiden tersebut pertama kali mencuat setelah selesainya hujan deras yang mengguyur kawasan Kuala Lumpur. Pengelola bandara menjelaskan bahwa paling tidak, dua jam pascahujan, mereka berhasil membersihkan area tersebut dari genangan air. Penumpang dapat menggunakan kembali konter check-in yang terdampak.
Meski insiden ini tampaknya teratasi dengan cepat, pengelola mengakui bahwa mereka melakukan pemeriksaan teknis yang mendalam. Hal ini dilakukan untuk memastikan semua fasilitas dan sistem di bandara berfungsi normal tanpa ada kerusakan karena kebocoran.
Laporan menyebutkan bahwa kebocoran yang terjadi sebenarnya merupakan akibat dari kesalahan kontraktor saat melakukan perbaikan atap. Pekerjaan waterproofing yang dilakukan tidak berjalan sesuai rencana sehingga menyebabkan air masuk ke terminal.
Dampak Sosial Media atas Insiden Kebocoran
Bidang media sosial pun dipenuhi dengan komentar dan guyonan terkait insiden kebocoran ini. Banyak netizen yang menggunakan momen tersebut untuk membuat lelucon, menganggap insiden ini sebagai “Jewel 2” karena kemiripannya dengan atraksi air terjun yang ada di bandara di Singapura.
Beberapa video dan foto insiden kemudian viral, mengundang berbagai respons dari warganet. Mereka memposting berbagai komentar yang menggambarkan kejadian tersebut sebagai sebuah kekonyolan yang seharusnya tidak terjadi di bandara internasional.
Penggunaan tagar tertentu juga turut memperkuat popularitas insiden di kalangan pengguna platform media sosial. Ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat berperan dalam membentuk opini publik akan situasi yang terjadi di tempat umum.
Kondisi Umum Bandara Kuala Lumpur Sebelum dan Sesudah Insiden
Bandara Kuala Lumpur dikenal sebagai salah satu titik transit utama di wilayah Asia Tenggara. Sebelum insiden ini, bandara ini telah beroperasi dengan baik dan menerima banyak pengunjung, baik domestik maupun internasional. Namun, insiden kebocoran menjadi perhatian bagi banyak pihak, terutama bagi pengelola bandara.
Wakil Menteri Perhubungan Malaysia mengungkapkan bahwa insiden kebocoran ini tidak pertama kali terjadi. Sebelumnya, telah terjadi beberapa gangguan seperti pemadaman listrik dan kerusakan sistem transportasi dalam bandara yang menunjukkan perlunya perbaikan dalam infrastruktur.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap beberapa insiden sebelumnya juga menciptakan ketidakpercayaan terhadap manajemen operasional bandara. Hal ini menekan pengelola untuk lebih memperhatikan aspek pemeliharaan dan perbaikan fasilitas.














