loading…
Dosen dan Mahasiswa menggelar PKM di Banten. Foto: MNC University
Tim Dosen dan Mahasiswa MNC University melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang berfokus pada pelestarian, pendalaman, dan penguatan nilai budaya lokal melalui pengangkatan seni Debus Banten. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan pada Sabtu, 1 November 2025, bertempat di Padepokan Medal Suci, Kelurahan Petir, Banten, dengan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan yang memiliki peran strategis dalam keberlanjutan seni Debus.
FGD tersebut melibatkan perwakilan kepala daerah, Dinas Pendidikan, para sesepuh Debus, Perkumpulan Debus Banten Indonesia (PDBI), akademisi, serta mahasiswa MNC University. Kehadiran mahasiswa dalam kegiatan ini menjadi bagian penting dari proses pembelajaran berbasis pengalaman, di mana mereka terjun langsung untuk memahami secara mendalam nilai-nilai budaya, sejarah, serta filosofi Debus sebagai bagian dari identitas masyarakat Banten.
Salah satu fokus utama FGD adalah menggali sejarah dan narasi kelahiran Debus dari para sesepuh dan tokoh budaya setempat. Hasil penelusuran mendalam ini akan menjadi fondasi dalam penyusunan film dokumenter puitis sebagai output PKM yang mengemas unsur seni, budaya, dan kisah historis Debus ke dalam bahasa visual yang kuat dan emosional. Dokumenter ini diharapkan mampu menjadi arsip budaya sekaligus media edukasi yang dapat memperkenalkan Debus kepada masyarakat luas, terutama generasi muda.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa Petir, Bapak Abdul Hamid, menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap kegiatan PKM yang dilakukan MNC University. Ia menyatakan bahwa upaya ini sangat penting untuk menjaga keberlangsungan seni Debus yang semakin jarang diperkenalkan secara mendalam kepada masyarakat. “Kami sangat berterima kasih kepada MNC University karena telah datang langsung ke desa kami dan memberikan perhatian besar terhadap Debus. Seni ini bukan hanya pertunjukan, tetapi bagian dari jati diri dan sejarah masyarakat Banten. Harapan kami, melalui dokumenter ini, Debus dapat lebih dikenal, dihargai, dan diwariskan kepada generasi berikutnya,” ujar Abdul Hamid.
Pengabdian kepada masyarakat bukan sekadar kegiatan formal, melainkan juga sebuah wujud cinta dan tanggung jawab terhadap budaya lokal. Di tengah perkembangan zaman yang terus bergerak, nilai-nilai budaya sering kali terancam punah. Oleh karena itu, kolaborasi antara akademisi dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada.
Kegiatan ini diadakan dengan tujuan klarifikasi dan revitalisasi seni Debus, yang merupakan bagian integral dari identitas masyarakat Banten. Melalui pendekatan berbasis narasi dan dokumenter, diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih mengenal dan memahami kekayaan budaya yang mereka miliki.
Peran Dosen dan Mahasiswa dalam Melestarikan Seni Debus
Koordinasi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat merupakan langkah awal yang krusial. Dosen berperan sebagai mentor, menyediakan pengetahuan dan pengalaman, sementara mahasiswa dilibatkan secara aktif untuk menghidupkan kembali seni Debus. Keterlibatan ini juga membantu mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan teori yang mereka pelajari di kelas.
Dengan melibatkan mahasiswa, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan tetapi juga membangun keterampilan praktis yang dapat mereka gunakan di masa depan. Dalam konteks ini, relevansi seni Debus sebagai bagian dari pendidikan menjadi semakin penting. Hal ini mencerminkan autentisitas dan pelestarian nilai-nilai yang ada di masyarakat.
FGD yang diselenggarakan juga memberikan ruang bagi generasi muda untuk bertanya dan menggali informasi dari para sesepuh budaya. Dialog ini menciptakan suasana saling percaya dan pertukaran ide yang konstruktif, sehingga diharapkan dapat memunculkan inovasi dalam pengembangan seni Debus di zaman modern.
Signifikansi Seni Debus di Tengah Tuntutan Era Modern
Seni Debus memiliki makna yang mendalam dalam konteks sosial dan budaya masyarakat Banten. Seiring berjalannya waktu, seni ini mengalami perubahan dan adaptasi yang harus dipahami dan diterima oleh generasi muda. Dalam FGD, berbagai pandangan dan saran tentang bagaimana menyebarkan pengetahuan tentang Debus pun dibahas secara terbuka.
Selama diskusi, muncul gagasan untuk menggunakan platform digital sebagai sarana promosi seni Debus. Dengan memanfaatkan teknologi, generasi muda dapat menyebarkan informasi yang benar dan menarik mengenai seni ini, sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat. Melalui media sosial, seni Debus bisa dipresentasikan dalam bentuk yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Melihat potensi tersebut, para peserta diskusi berkomitmen untuk bekerja sama dalam menciptakan program-program yang relevan. Salah satu di antaranya adalah mengadakan workshop, pertunjukan, dan kompetisi yang melibatkan seniman muda untuk memperkenalkan Debus kepada khalayak yang lebih luas.
Tantangan dalam Menjaga Keberlangsungan Seni Budaya Lokal
Meskipun ada niat baik dalam upaya pelestarian, tantangan tetap ada di depan mata. Salah satu masalah utama adalah kurangnya dukungan dana dan perhatian dari pemerintah dan berbagai pihak terkait. Hal ini sering kali membuat program-program pelestarian tidak berlanjut atau terhenti di tengah jalan.
Selain itu, minat masyarakat terhadap seni tradisional semacam ini mungkin menurun akibat pesatnya perkembangan budaya modern. Oleh karena itu, perlu adanya strategi yang lebih efektif untuk mempromosikan seni Debus agar tetap relevan dan diminati. Keterlibatan pemangku kepentingan berperan penting dalam merespons tantangan ini.
Di akhir diskusi, semua peserta sepakat untuk saling mendukung dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian seni Debus. Rencana kerja sama di masa mendatang akan menjadi langkah konkret untuk memastikan bahwa seni ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan dinikmati oleh generasi mendatang.













