Kasus TBC di Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan. Dalam lima bulan pertama tahun 2025, jumlah kasus TBC mencapai 81.864, menunjukkan bahwa penyakit ini menjadi semakin mengkhawatirkan di masyarakat, terutama di daerah Jawa Barat.
Wakil Menteri Kesehatan, Benjamin Paulus Oktavianus, menekankan pentingnya upaya yang lebih terstruktur untuk menangani masalah ini. Dia menunjukkan bahwa penanganan yang lebih agresif dan strategis sangat diperlukan untuk menanggulangi lonjakan kasus TBC di kawasan tersebut.
Peningkatan kasus TBC bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga mencerminkan kekurangan dalam sistem penanganan medis yang ada. Berbagai faktor kontributif seperti stigma sosial dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan juga perlu mendapatkan perhatian serius.
Dalam pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, Oktavianus menyoroti pentingnya penemuan kasus aktif (ACF) serta pemerataan penggunaan teknologi diagnosis yang lebih baik. Langkah-langkah ini sangat penting untuk menurunkan jumlah penderita TBC di Jawa Barat yang terus meningkat.
Stigma terhadap penyakit ini, termasuk TBC dan kusta, juga perlu ditangani dengan cermat. Oktavianus menegaskan bahwa penanganan stigma ini sama pentingnya dengan penanganan medis itu sendiri untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi pasien.
Strategi Tepat Dalam Menangani Peningkatan Kasus TBC
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat diminta untuk berperan aktif dalam penanganan TBC. Keduanya harus meningkatkan kerjasama dalam mendeteksi dan menangani kasus TBC dengan lebih baik. Ini termasuk melibatkan berbagai lembaga dan komunitas dalam upaya penanggulangan penyakit ini.
Dokter dan tenaga kesehatan juga perlu diberdayakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat akan lebih sadar akan risiko dan cara mencegah TBC. Ini dapat membantu menurunkan stigma serta mendorong lebih banyak orang untuk mencari pengobatan.
Selain itu, perlu ada peningkatan akses terhadap layanan kesehatan. Pemerintah daerah dapat menyediakan lebih banyak fasilitas kesehatan yang memadai dan tenaga kesehatan yang terlatih untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Hal ini penting agar diagnosis dan pengobatan bisa dilakukan secara efektif.
Data Kasus TBC dan Tantangan yang Dihadapi
Data terbaru menunjukkan bahwa pengobatan TBC di Jawa Barat masih jauh dari target nasional. Saat ini, baru sekitar 80% dari 90% target terapi TBC sensitif obat yang berhasil tercapai. Angka ini menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan dan mendesak untuk diperbaiki.
Mengenai TBC yang resisten obat, dari target 2.866 kasus, hanya 1.063 yang berhasil ditangani. Hal ini menegaskan perlunya strategi yang lebih baik untuk penanganan kasus resisten, baik dari segi diagnosis maupun pengobatan yang lebih agresif.
Komorbid juga menjadi tantangan besar bagi penderita TBC. Menurut data, ada 4.763 pasien TBC yang juga menderita Diabetes Mellitus dan 1.165 lainnya yang terinfeksi HIV. Angka kematian akibat TBC juga sangat tinggi, dengan 2.294 jiwa tercatat di Jawa Barat. Ini menunjukkan bahwa penanganan komorbid harus menjadi perhatian utama dalam strategi penanganan TBC.
Peran Masyarakat Dalam Menanggulangi TBC
Pemerintah Jawa Barat berencana untuk merilis pengumuman spesifik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan pengobatan TBC. Gubernur Dedi Mulyadi mengatakan bahwa ajakan bersama kepada seluruh masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan partisipasi aktif dalam menanggulangi TBC.
Langkah ini akan melibatkan berbagai program edukasi yang menekankan pentingnya skrining dan pengobatan tepat waktu. Kesadaran masyarakat akan risiko serta gejala TBC adalah langkah awal yang sangat penting.
Pemerintah juga dapat menggandeng organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal untuk menyebarluaskan informasi dan mengadakan berbagai kegiatan penyuluhan. Melalui kerja sama ini, diharapkan jumlah penderita TBC dapat berkurang secara signifikan dalam waktu dekat.














