Kemenyan, sering dianggap memiliki nuansa mistis, kini tengah dieksplorasi sebagai alat terapi fobia. Inovasi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Padjadjaran ini menggabungkan kemenyan dengan teknologi virtual reality untuk menciptakan solusi terapi yang memadai.
Proyek ini dinamakan “Incensory”, yang menawarkan pengalaman multisensori kepada para pengidap fobia. Dengan pendekatan ini, para individu dapat menghadapi ketakutan mereka dalam lingkungan yang lebih nyaman dan terkendali.
Penggunaan teknologi dalam terapi ini menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat bersinergi dengan inovasi modern. Situasi ini tidak hanya memberi peluang baru untuk mengatasi fobia, tetapi juga menjaga nilai-nilai tradisional yang ada.
Kemanfaatan Kemenyan dalam Penanganan Fobia
Kemenyan telah lama dikenal dalam budaya berbagai masyarakat sebagai bahan yang memiliki nilai spiritual dan terapeutik. Kini, para peneliti mengupayakan pemanfaatan kemenyan di bidang kesehatan mental, khususnya bagi mereka yang mengalami fobia.
Dalam penelitian terbaru, ditemukan bahwa aroma kemenyan dapat memberikan efek menenangkan. Aroma ini diyakini mampu merangsang sistem limbik di otak, bagian yang bertanggung jawab untuk emosi dan keputusan.
Dengan memadukan aroma kemenyan dalam sesi terapi VR, penelitian ini berpotensi mengurangi kecemasan yang dialami oleh penderita fobia. Pendekatan ini menunjukkan adanya hubungan antara indera penciuman dan respons emosional yang positif.
Inovasi dan Kreativitas Tim Mahasiswa Universitas Padjadjaran
Tim yang beranggotakan lima mahasiswa ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Kombinasi keahlian di bidang bisnis, kedokteran, ilmu peternakan, akuntansi, dan teknik informatika memperkuat pendekatan multidisipliner mereka.
Di bawah bimbingan dosen Vira Kusuma Dewi, M.Sc., Ph.D., mereka berhasil mengembangkan Incensory sebagai bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan. Pendanaan dari instansi terkait menjadi penunjang untuk mewujudkan ide kreatif ini.
Setiap anggota tim berkontribusi dengan keahlian mereka. Misalnya, ahli teknik informatika bekerja pada aspek teknologi VR, sementara mahasiswa kedokteran menyediakan perspektif medis yang penting.
Menanggapi Kebangkitan Kebutuhan Terapi Fobia
Kebutuhan untuk menghadapi fobia dengan pendekatan yang lebih modern dan accessible semakin mendesak. Data dari American Psychiatric Association menunjukkan bahwa fobia dapat mengganggu kualitas hidup pengidapnya secara serius.
Hasil survei yang dilakukan oleh tim menunjukkan bahwa 81,1 persen responden mengalami gejala fobia yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Angka-angka ini mengindikasikan adanya permintaan tinggi untuk solusi terapi yang efektif.
Selain itu, terapi konvensional sering kali dianggap tidak menyenangkan atau menakutkan bagi pengidap fobia. Inovasi seperti Incensory diharapkan dapat meredam kekhawatiran ini dengan menawarkan pendekatan yang lebih menyenangkan dan bersifat experiential.