“Kampung Sunyi bukan sekadar kisah tentang seorang manusia bernama Suwirjo, tetapi juga cerminan bagaimana ambisi gelap, dendam, dan haus akan kekuatan dapat menghancurkan sebuah komunitas,” kata Kezia Salim, Senior Marcom Manager Carstensz Mall & Residences, ditemui Selasa, 30 September 2025.
Ia menyebut inspirasinya dari Tragedi Banyuwangi pada 1987. Merangkum berbagai sumber, tragedi itu melibatkan pria bernama Wirjo yang membunuh 32 orang di Desa Banjarsari, pada April 1987.
“Tragedi Banyuwangi tahun 1987 meninggalkan luka yang tak pernah benar-benar sembuh, menjadikan kampung itu simbol keheningan yang menyimpan jeritan tanpa suara,” kata Kezia lagi.
Tahun ini, Kampung Sunyi “Suwirjo” hadir dengan skala lebih besar, detail tata panggung yang lebih matang dengan dekorasi khas desa, seperti anyaman, rumah pedesaan, kursi kayu tua, meja lapuk, dan sebagainya. Pengelola juga merekrut para seniman dari kampus-kampus seni di Indonesia untuk menampilkan akting yang penuh totalitas.
Menggali Latar Belakang Tragedi yang Menginspirasi
Tragedi Banyuwangi tidak hanya menjadi titik hitam dalam sejarah, tetapi juga menciptakan dampak sosial yang mendalam. Banyak orang di desa itu hidup dengan bayang-bayang trauma yang terus menghantui mereka, menjadikannya sebagai pelajaran bagi generasi mendatang.
Luka sosial ini tidak hanya dirasakan oleh keluarga korban, tetapi juga mengubah dinamika komunitas desa. Ketegangan yang tersisa menimbulkan mistrust di antara penduduk yang seharusnya saling mendukung.
Selain itu, kisah tentang Suwirjo dan perbuatannya menjadi bahan diskusi yang tak pernah habis. Masyarakat terus merenungkan apa yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam kegelapan semacam itu.
Mempersiapkan Pertunjukan yang Berani dan Unik
Menyadari bobot emosional dari kisah ini, pengelola Kampung Sunyi berupaya untuk menghadirkan pertunjukan yang mampu menyentuh hati. Setiap elemen dalam pementasan dirancang untuk menciptakan atmosfer yang menegangkan dan menyentuh.
Seluruh tim dari seniman hingga kru belakang panggung bekerja keras untuk memastikan kualitas pertunjukan setinggi mungkin. Dengan kekuatan cerita dan visual yang kuat, mereka ingin penonton dapat merasakan kedalaman emosi yang tergambar dalam setiap adegan.
Penggunaan dekorasi yang otentik juga menjadi prioritas. Setiap detail, mulai dari kostum hingga tata lampu, disesuaikan untuk menggambarkan suasana desa di era yang berbeda, memberikan sentuhan realisme yang kuat.
Dampak Pertunjukan terhadap Komunitas dan Penonton
Melalui pertunjukan ini, diharapkan muncul kesadaran baru di kalangan penonton tentang pentingnya dialog terbuka mengenai trauma dan dampaknya. Komunitas yang terguncang harus menemukan cara untuk memulihkan diri demi kesejahteraan bersama.
Kampung Sunyi diharapkan dapat menjadi medium bagi banyak orang untuk membahas topik yang mungkin dianggap tabu. Diskusi seputar sejarah dan dampaknya menjadi penting agar hal serupa tidak terulang.
Banyak penonton yang datang bukan hanya untuk menikmati pertunjukan, tetapi juga untuk memahami lebih dalam makna di baliknya. Momen-momen reflektif ini menciptakan ruang untuk berbagi, untuk saling menguatkan, dan untuk melangkah maju bersama.