Para pejabat di Mesir menaruh harapan besar pada peresmian museum baru yang megah yang dijadwalkan berlangsung pada hari Sabtu (25/10). Pembukaan ini dianggap sebagai langkah penting untuk mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata negara yang telah terpukul selama lebih dari satu dekade akibat berbagai tantangan dan krisis.
Sektor pariwisata Mesir telah mengalami penurunan signifikan sejak beberapa tahun terakhir, menyusul gejolak politik, pandemi COVID-19, dan konflik regional yang menambah kesulitan. Saat ini, pemerintah Mesir optimis bahwa Grand Egyptian Museum (GEM), yang terletak di dekat Piramida Giza, akan berhasil menarik lebih banyak wisatawan bagi negara ini.
Pemerintah percaya bahwa museum seluas 500.000 meter persegi ini, dengan koleksi yang luar biasa, dapat menarik hingga tujuh juta pengunjung tambahan setiap tahunnya setelah peresmian. Targetnya adalah mencapai total sekitar 30 juta pengunjung pada tahun 2030, sebuah angka ambisius mengingat sejarah pariwisata negara ini.
Pentingnya Grand Egyptian Museum untuk Sektor Pariwisata Mesir
Grand Egyptian Museum akan menjadi lokasi yang menampung berbagai artefak berharga dari zaman kuno, termasuk yang berasal dari harta karun raja muda Tutankhamun. Sebagian besar dari koleksi ini akan dipamerkan untuk pertama kalinya, menawarkan pengalaman yang sebelumnya tidak tersedia bagi khalayak umum.
Museum ini juga dirancang untuk memberikan pengalaman yang jauh lebih modern dibandingkan dengan Museum Mesir sebelumnya yang terletak di pusat Kairo, yang seringkali terlalu ramai dan agak tua. Dengan tambahan pameran imersif dan perangkat realitas virtual, pengunjung dapat merasakan kedalaman sejarah Mesir secara lebih interaktif.
Terbukanya museum ini diharapkan dapat mendongkrak pendapatan dari pariwisata yang merupakan salah satu sumber utama devisa negara. Hal ini menjadi semakin penting karena Mesir sangat bergantung pada mata uang asing yang diperoleh dari sektor pariwisata untuk membiayai impor penting seperti bahan bakar dan gandum.
Targetkan Pengunjung Budaya Sebagai Strategi Utama
Tahun lalu, Mesir berhasil menarik 15,7 juta pengunjung, dengan pengeluaran rekor mencapai sekitar US$15 miliar. Ini merupakan pemulihan yang signifikan setelah pariwisata jatuh pada kisaran US$3,8 miliar akibat gejolak politik yang terjadi setelah pemberontakan tahun 2011.
Meskipun terdapat tanda-tanda pemulihan, Mesir masih tertinggal jauh di belakang negara pesaing regional lainnya seperti Turki. Negara tersebut tahun lalu menyambut lebih dari 50 juta pengunjung internasional dengan pendapatan lebih dari US$60 miliar.
Ghada Abdelmoaty, profesor di Higher Institute of Tourism and Hotels di Alexandria, menyatakan bahwa target pengunjung untuk GEM adalah hal yang realistis. “Museum ini memiliki koleksi besar yang sebelumnya terpaksa disimpan karena kurangnya ruang untuk pameran,” jelasnya.
Pentingnya Infrastruktur dalam Mendukung Pariwisata
Pendapatan dari pariwisata menjadi semakin krusial dalam dua tahun terakhir, menyusul serangan terhadap pelayaran Laut Merah yang berhasil menurunkan jumlah turis. Keberadaan museum baru diharapkan dapat menjadi magnet bagi pengunjung yang ingin merasakan kekayaan budaya Mesir.
Sektor pariwisata, meskipun penting, juga terpengaruh oleh banyak guncangan, termasuk kekerasan politik pada tahun 1990-an dan 2000-an serta dampak pandemi COVID-19. Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 juga mempengaruhi angka kedatangan wisatawan, mengingat kedua negara tersebut menyumbang hampir sepertiga pengunjung ke Mesir pada tahun 2021.
Para ahli berpendapat bahwa untuk memaksimalkan potensi yang ada, GEM harus didukung dengan infrastruktur pariwisata yang berkualitas tinggi. Ini termasuk akomodasi, sistem transportasi yang efisien, dan fasilitas penunjang lainnya yang akan meningkatkan pengalaman wisatawan secara keseluruhan.














